Selasa, 26 Februari 2013

TAFSIR TAHLILI: MENGURAI TAFSIR SURAH YUNUS [10] AYAT 25-27



TAFSIR TAHLILI: MENGURAI TAFSIR SURAH YUNUS [10] AYAT 25-27

Oleh Hasani Ahmad Said
Doktor Tafsir SPs UIN Jakarta, dan Dosen Tafsir dan STudi al-Qur’an
Disampaikan Pada Pengajian Bakda Magrib Masjid Sa’adatudzdzarain, Ps. Minggu, Selasa, 26 Februari 2014; Pernah Disampaikan Juga Pada Halaqoh Tafsir, Pengajian Pusat Studi al-Qur’an
Bait al-Qur’an, Pd. Cabe, Tangsel, 30 Januari 2013, E-mail: hasaniahmadsaid@yahoo.com

ª!$#ur (#þqããôtƒ 4n<Î) Í#yŠ ÉO»n=¡¡9$# Ïökuur `tB âä!$t±o 4n<Î) :ÞºuŽÅÀ 8LìÉ)tFó¡B ÇËÎÈ   * tûïÏ%©#Ïj9 (#qãZ|¡ômr& 4Óo_ó¡çtø:$# ×oyŠ$tƒÎur ( Ÿwur ß,ydötƒ öNßgydqã_ãr ׎tIs% Ÿwur î'©!ÏŒ 4 y7Í´¯»s9'ré& Ü=»ptõ¾r& Ïp¨Ypgø:$# ( öNèd $pkŽÏù tbrà$Î#»yz ÇËÏÈ   z`ƒÏ%©!$#ur (#qç7|¡x. ÏN$t«ÍhŠ¡¡9$# âä!#ty_ ¥pt¤ÍhŠy $ygÎ=÷WÏJÎ/ öNßgà)ydös?ur ×'©!ÏŒ ( $¨B Mçlm; z`ÏiB «!$# ô`ÏB 5OϹ%tæ ( !$yJ¯Rr(x. ôMuŠÏ±øîé& óOßgèdqã_ãr $YèsÜÏ% z`ÏiB È@ø©9$# $¸JÎ=ôàãB 4 y7Í´¯»s9'ré& Ü=»ptõ¾r& Í$¨Z9$# ( öNèd $pkŽÏù tbrà$Î#»yz ÇËÐÈ  

“25.  Dan Allah mengajak ke Dâr al-Salam, dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lebar lagi lurus. 26. Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada sesuatu yang terbaik disertai tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka Itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. 27. Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka diliputi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gelita. Mereka Itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

AYAT 25
ª!$#ur (#þqããôtƒ 4n<Î) Í#yŠ ÉO»n=¡¡9$# Ïökuur `tB âä!$t±o 4n<Î) :ÞºuŽÅÀ 8LìÉ)tFó¡B ÇËÎÈ
          Dan Allah mengajak ke Dâr al-Salam, dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lebar lagi lurus.”

Pada ayat 25 surah Yunus di atas, Allah mengajak kepada setiap orang menuju Dâr al-Salâm yang mengandung arti negeri yang damai yakni surga, Allah juga memberikan petunjuk bagi siapa saja yang Allah kehendaki menuju jalan yang lurus, yakni ajaran agama Islam.
          Ayat 25 di atas, jika dihubungkan dengan ayat sebelumnya yakni ayat 24 memberikan informasi tentang perumpamaan Allah yang menggambarkan keelokan dunia laksana air yang turun dari langit yang berbaur dengan keindahan-keindahan ciptaan Allah lainnya. Air bertemu dengan tanaman-tanaman yang ada di bumi, yang dengannya memberikan keberkahan kepada manusia dan binatang ternak. Namun sayangnya, keindahan dunia yang Allah gambarkan laksana turunnya air hujan yang memberikan kenikmatan kepada makhluknya dianggap bahwa seolah diri manusia itulah yang kuasa atas semuanya, tanpa berfikir siapa yang memberikan sumber aslinya yaki Allah. Karena kesombongan model manusia inilah Allah murka dengan mengazab di waktu malam maupun siang yang digambarkan laksana tanaman yang sudah disabit. Gambaran Allah ini, sejatinya menjadikan manusia berfikir. Gambaran ayat ini yang menggambarkan negeri yang damai (Dâr al-Salâ), menjadi berubah dengan negeri yang pendurhaka lagi kebinasaan lantaran kesobongan manusia, tanpa memikirkan siapa penciptanya.
Kemudian, ayat 25 di atas juga menegaskan akan petunjuk –Nya yang diberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki menuju jalan yang lebar lagi lurus. Ketika berbicara tentang petunjuk, menurut M. Quraish Shihab, ada dua penjelasan tentang hal ini. Merujuk pula tafsiran ayat keenam surah al-Fâtihah yang berbunyi “Ihdinâ al-Shirâth al-Mustaqîm”, bahwa kata hidâyah biasanya ada yang dirangkaikan dengan huruf ilâ (menuju, kepada) seperti pada ayat 25 di atas dan ada pula yang tidak dirangkai dengan kata ilâ. Kalau kata hidâyah yang diraikai dengan huruf ilâ memberikan pengertian bahwa yang diberikan petunjuk adalah orang-orang yang belum berada dalam jalan yang benar, sedang bila kata hidâyah yang tidak dirangkaikan dengan huruf ilâ adalah sebaliknya yakni yang diberikan petunjuk adalah orang yang sudah berada dalam jalan yang benar, meskipun belum secara total kebenarannya. Maka pantas ada ayat yang menjelaskan Allah menambah petunjuk untuk orang-orang yang telah diberi petunjuk, seperti pada surah Maryam [19] ayat 76.
Ada juga tafsiran jika kata hidâyah yang drangkai dengan ilâ menunjukkan makna pemberitahuan, sedang yang tanpa ilâ  mengandung arti bukan hanya diberitahu kea rah jalan yang lurus, tetapi sampai kepada mengandat menuju jalan yang dimaksud.

AYAT 26
tûïÏ%©#Ïj9 (#qãZ|¡ômr& 4Óo_ó¡çtø:$# ×oyŠ$tƒÎur ( Ÿwur ß,ydötƒ öNßgydqã_ãr ׎tIs% Ÿwur î'©!ÏŒ 4 y7Í´¯»s9'ré& Ü=»ptõ¾r& Ïp¨Ypgø:$# ( öNèd $pkŽÏù tbrà$Î#»yz ÇËÏÈ 
“Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada sesuatu yang terbaik disertai tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka Itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.”

Kemudian, masuk ke ayat 26 surah Yunus di atas, menjelaskan ganjaran bagi orang-orang yang berbuat baik. Ayat sebelumnya berbicara tentang orang-orang pembangkang. Allah akan memberikan pahala yang terbaik bahkan akan menambahkannya lantaran mereka berbuat baik. Selain itu, karakteristik orang yang berbuat baik pada ayat ini digambarkan bermuka bersih tidak ditutupi debu dan juga tidak dipenuhi dengan kehinaan. Demikianlah gambaran Allah bagi penghuni surga yang kekal di dalamnya.
Kata ziyâdah pada ayat 26 ini, ada yang memahami dengan pandangan ke wajah Allah seperti diceritakan dalam hadis yang menjelaskan tentang penghuni surga, lalu Allah berfirman: Apakah kamu menginginkan sesuatu yang Kutambahkan untuk kamu? Untuk menjawab hal ini, para penghuni surge menjawab bukankah Engkau telah menjadikan wajah kami berseri-seri? Kemudian dibukalah tabir yang lebih menyenangkan yakni ‘memandang’ kepada Tuhan. Ada juga yang memahami ziyâdah di atas dengan arti ridha Ilahi. Seperti firman Allah yang menjelaskan tentang janji Allah kepada orang-orang mukmin baik laki-laki maupun perempuan surge yang dibawahnya mengalir sungai-sungai, kekal di dalamnya, dan mendapat tempat yang bagus yakni surge ‘And. Gambaran itulah yang menjelaskan tentang keridhaan Allah yang lebih besar, itu juga keberuntungan yang besar, seperti firman Allah surah al-Taubah [9]: 72. Ada pula yang memahami ziyâdah dalam arti penambahan dan pelipatgandaan ganjaran kebaikan. Pemahamn ini memuat kedua tafsiran yang telah diulas.
Nah, gambaran muka yang tidak ditutupi debu dan tidak dipenuhi kehinaan adalah gambaran sebaliknya dari surga yang terjadi di neraka.

AYAT 27
z`ƒÏ%©!$#ur (#qç7|¡x. ÏN$t«ÍhŠ¡¡9$# âä!#ty_ ¥pt¤ÍhŠy $ygÎ=÷WÏJÎ/ öNßgà)ydös?ur ×'©!ÏŒ ( $¨B Mçlm; z`ÏiB «!$# ô`ÏB 5OϹ%tæ ( !$yJ¯Rr(x. ôMuŠÏ±øîé& óOßgèdqã_ãr $YèsÜÏ% z`ÏiB È@ø©9$# $¸JÎ=ôàãB 4 y7Í´¯»s9'ré& Ü=»ptõ¾r& Í$¨Z9$# ( öNèd $pkŽÏù tbrà$Î#»yz ÇËÐÈ  
“Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka diliputi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindung pun dari Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gelita. Mereka Itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.”

Ayat 28 ini menjelaskan balasan atas orang-orang yang melakukan kejahatan. Juga menjelaskan karakter penghuni neraka. Jika ayat sebelumnya menerangkan perolehan atas orang-orang yang berbuat baik yang imbasnya adalah memperoleh petunjuk dari Allah, ayat 28 ini berlaku kebalikannya. Kasabû yang dirangkai dengan al-sayyiât, pada ayat di atas, memberikan pengertian bahwa pelaku keburukannya dilakukan dengan mudah, dan jiwanya demikian bejat, bahkan bukan hanya itu, keburukannya telah berulang-ulang sehingga menjadi sebah kebiasaan yang mudah baginya, demikian Quraish Shihab menagsirkan.
Makna ini dimabli dari pengertian kasabû yang terambil dari kata kasab berarti usaha yang dilakukan dengan mudah. Berbeda dengan iktasaba yang mengandung arti usaha yang sungguh-sungguh. Kalau dikaitkan dengan ayat 26 yang lalu yang menerangkan penghuni surge yang memberikan informasi bahwa muka-muka mereka tidak ditutupi debu dan tidak pula kehinan. Maka, di ayat 27 ini menyebutkan orang-orang yang melakukan kejahatan mereka diliputi kehinaan. Kehinaan secara total, tidak ada bagian pun yang luput. Bahkan meskipun ada upaya untuk menutupi wajahnya dari debu hitam, maka debu itu Nampak dari anggota tubuh yang lainnya.