Selasa, 16 Juni 2009

ARGUMEN KISAH DALAM AL-QUR’AN

ARGUMEN KISAH DALAM AL-QUR’AN[1]

Oleh: Hasani Ahmad Syamsuri[2]

KESIMPULAN BESAR DISERTASI

Disertasi ini ingin membuktikan ketidakbenaran kesimpulan Muhammad Ahmad Khalafullah yang terkenal dengan teori sastra dalam mendekati al-Qur’an (Muhammad Ahmad Khalafullah, al-Fann al-Qashash fî al-Qur’ân al-Karîm, London, Beirut, Kairo: Sinaâ al-Nasyr wa al-Intisyâr al-‘Ârâby, 1999), yang menyatakan bahwa qashash al-Qur’ân (kisah-kisah al-Qur’an) dalam al-Qura’an tidak termasuk dalam kajian teoritis ‘ulûm al-Qur’ân, atau lebih tepatnya al-Qur’an bukan kitab sejarah.

PERDEBATAN AKADEMIK

Ada dua perdebatan besar tentang bagaimana kisah al-Qura’an dimasukkan dalam kajian ‘ulûm al-Qur’ân.

Pendapat pertama menyatakan bahwa kisah al-Qur’an adalah kenyataan bukan khayalan.

Yang mendukung pendapat ini adalah: Mannâ‘ Khalîl al-Qattân, Mabâhits fî ‘Ulûm al-Qur’ân, Beirut: Mansyûrât al-‘Asr al-Hadîts, 1393 H., al-Sâbûnî, Muhammad Ali, al-Tibyân fî ‘Ulûm al-Qur’ân, Beirut: Âlim al-Kutub, 1985., Prof. Dr. Muhammad Mustafa Al-Azami, The History of the Quranic Text, from Revelation to Compilation: A Comparative Study with the Old and New Testaments" .

Pendapat kedua menyatakan bahwa al-qur’an bukan kitab sejarah

Yang mendunkung pendapat ini adalah Hassan Hanafi dengan proyek Al-Turats wa al-Tajdid-nya, Taha Husain, Fi al-Syi‘ri al-Jahili, 1926, Muhammad Arkoun lewat Naqd al-‘Aql al-Islamy-nya, Nasr Hamid Abu Zaid dengan “konsep teks” (Mafhum al-Nash)-nya, atau Al-Nash wa al-Haqiqah-nya Ali Harb—sekedar menyebutkan beberapa upaya intelektual para pemikir muslim kontemporer yang kini banyak diperdebatkan—-merupakan ragam ijtihad yang dinapasi oleh semangat tersebut. Begitu juga karya Muhammad A. Khalafullah berjudul Al-Qur'an Bukan "Kitab Sejarah": Seni, Sastra dan Moralitas dalam Kisah-kisah Al-Qur'an (edisi arabnya, Al-Fann al-Qashashi fi al-Qur'an al-Karim) yang menawarkan “cara baca lain” atas kisah-kisah yang dikandung Al-Qur’an. Sebuah upaya yang sebenarnya telah hadir dan menjadi wacana publik akademis Dunia Islam jauh mendahului karya-karya yang disebutkan sebelumnya.

Disertasi saya pada dasarnya akan menguji dan mempertanyakan kesimpulan Muhammad Ahmad Khalafullah dengan membuat alternative atau menjembatani kedua pendapat di atas, ulama ‘Ulûm al-Qur’ân menyebutkan bahwa kurang lebih seper empat isi al-Qur’an adalah berisikan tentang sejarah.

SUMBER YANG DIPAKAI DAN CARA MEMBACANYA

Sumber utama disertasi ini adalah kitab-kitab ‘ulum al-Qur’an dari klasik hingga modern yang dikenal dengan ummahat al-kutub yang mendokumentasikan perdebatan di antar keduanya. Data-data itu dibaca dengan prinsip-prinsip dan pendekatan ilmu sejarah (historical aproouch). Selain itu, penulis membaca dengan pendekatan dekriptif-analitis.



[1] Disampaikan pada mata kuliah Metodologi Studi Islaqm, dosen pengampu Prof. Dr. H. Atho Mudzhar, MSPD (koord.), sabtu, 06 Juni 2009

[2] Mahasiswa S3, studi Tafsir Hadis, Sps UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, TA 2008

Tidak ada komentar: